Rintik hujan yang dirindukan bumi perlahan mulai mendekat dan membuat suara riang harapan yang lama telah ditunggu terdengar syahdu.
Bagai lebah yang menunggu putik
bermekaran,begitu juga tanah yang merindukan genangan. Harapan selalu
mendatangkan kerinduan.
Dia tak tahu berapa banyak daun yang harus
digugurkan, berapa banyak kelopak yang rela menghitam, untuknya bertahan
menunggu hingga nanti kedatagannya menggantikan penantian yang selama ini
diperjuangkan.
Padahal lain tempatpun lain cerita, Kau tahu,
hujan turun bukan tidak melewati proses panjang. Ada perjuangan panjang pula
sebelum dia mendatangimu. Menelan pahitnya perjalanan, mulai dari mencari
tempat bernaung, berjuang merubah diri agar dapat diserap panasnya terik
matahari, hingga menahan beban-bebannya berkumpul bersama gumpalan-gumpalan
awan yang entah mengapa menjadi kelabu.
Tidak cukup sampai disitu, dia tak bisa
menurutkan keinginannya sendiri untuk datang pada siapa saja sesukanya. Ingat,
setiap yang diciptakan pasti ada yang Mengaturnya.
Kau boleh berharap hari ini dia akan datang
karena yakin degan janjinya. Tapi terkadang tanda itu hanya sebuah pertanda
bahwa kamu harus siap-siap menunggunya. Sedia payung sebelum hujan. Meskipun
sekalinya hujan tak datang, kau tak akan menyesal karena payungmu ternyata
dapat melindungimu dari teriknya mentari.
Dan malam ini, lagi-lagi kau hanya sekedar
menyapa dalam tidur yang belum spenuhnya lelap. Tapi kehadiranmu walau hanya
sekilas, sudah membuat suasana menjadi sejuk, sedikit lebih tenang.
Seperti Bumi merindukan hujan, seperti itulah
aku merindukanmu.
Senandung Rindu
Oleh: Anonim An
Tidak ada komentar:
Posting Komentar