Selasa, 10 November 2020

PUISI RINDU

 Rintik hujan yang dirindukan bumi perlahan mulai mendekat dan membuat suara riang harapan yang lama telah ditunggu terdengar syahdu.

Bagai lebah yang menunggu putik bermekaran,begitu juga tanah yang merindukan genangan. Harapan selalu mendatangkan kerinduan.

Dia tak tahu berapa banyak daun yang harus digugurkan, berapa banyak kelopak yang rela menghitam, untuknya bertahan menunggu hingga nanti kedatagannya menggantikan penantian yang selama ini diperjuangkan.

Padahal lain tempatpun lain cerita, Kau tahu, hujan turun bukan tidak melewati proses panjang. Ada perjuangan panjang pula sebelum dia mendatangimu. Menelan pahitnya perjalanan, mulai dari mencari tempat bernaung, berjuang merubah diri agar dapat diserap panasnya terik matahari, hingga menahan beban-bebannya berkumpul bersama gumpalan-gumpalan awan yang entah mengapa menjadi kelabu.

Tidak cukup sampai disitu, dia tak bisa menurutkan keinginannya sendiri untuk datang pada siapa saja sesukanya. Ingat, setiap yang diciptakan pasti ada yang Mengaturnya.

Kau boleh berharap hari ini dia akan datang karena yakin degan janjinya. Tapi terkadang tanda itu hanya sebuah pertanda bahwa kamu harus siap-siap menunggunya. Sedia payung sebelum hujan. Meskipun sekalinya hujan tak datang, kau tak akan menyesal karena payungmu ternyata dapat melindungimu dari teriknya mentari.

Dan malam ini, lagi-lagi kau hanya sekedar menyapa dalam tidur yang belum spenuhnya lelap. Tapi kehadiranmu walau hanya sekilas, sudah membuat suasana menjadi sejuk, sedikit lebih tenang.

Seperti Bumi merindukan hujan, seperti itulah aku merindukanmu.

 

Senandung Rindu

Oleh:  Anonim An

Tidak ada komentar:

Posting Komentar